Perilaku Seksual Masyarakat Kita Makin Aneh
Biarlah Jadul Asal Selamat!
Bangsa ini makin mengerikan saja dalam hal seksual,ya. Macam-macam kejadiannya. Ada yang 3-4 orang pemuda menggilir 1 orang ABG lah, ada yang belasan remaja memperkosa satu orang anak kecilah, Ada juga yang sesama anak anak memperkosa ramai-ramai seorang anak perempuan di bawah umur juga. Para pelakunya juga sudah susah ditebak, bisa seorang guru ngaji, guru sekolah, ayah angkat, bahkan ayah kandung. Sajaa gilaa bah!
Entah apa masalahnya yah. Kok hasrat seksual masyarakat kita semakin hari semakin liar saja. Bahakan cenderung ‘nggilani’, kata orang jawe..
Saya mikir, mungkin perilaku yang menakutkan itu tumbuh karena liarnya imajinasi para pelaku ya? Bagus juga sih, imajinasi yang liar itu. Namun, kalau tak diiringi dengan kesadaran moral, wah bisa kacau juga.
Yah sah-sah aja membayangkan kita berkelahi dengan teman kita, bertinju lalu kitalah yang jadi pemenang. Tapi kalau imajinasi itu diaktualisasikan kan, akan jadi masalah ye? hihii.
Iya, secara teoritik, Imajinasi manusia itu dibangun lewat apa yang masuk dalam memori manusia. Apakah lewat visual maupun lewat kata-kata. Baik lewat mata, maupun lewat telinga. Jadi manusia melakukan sesuatu itu tak mungkin sekonyong-konyong, tak mungkin tiba-tiba. Seseorang melakukan sesuatu itu pastilah perilaku itu pernah ia lihat atau saksikan sebelumnya.
Tak mungkin, misalnya, tiba-tiba seorang anggota suku di pedalaman yang hidup apa adanya itu tiba-tiba memiliki hasrat yang kuat untuk mencalonkan diri sebagai presiden misalnya.
Ia tak pernah berpikir tentang hal itu karena tak pernah lihat presiden, tak tau presiden itu apa, bahkan tak punya perbendaharaan kata sama sekali tentang istilah presiden. Sehingga tak mungki ia bermaijnasi atau berkhayal bagaimana asiknya jadi seorang presiden.
Demikian juga dengan imajinasi seksual yang mendorong hasrat seksual menyimpang, seperti para pelaku pemerkosaan dengan modus yang mengerikan itu. Tak mungkin seorang anak yang melakukan hubungan seksual kepada sesama rekannya, tanpa pernah melihat adegan yang sama sebelumnya. Ia pasti pernah melihat. Entah leewat gambar, mendengar cerita, menonton film atau melihat adegan langsung. Dalam memorinya pastilah telah terekam cerita sebuah adegan porno, dan atau dalam bentuk gambar dan atau dalam bentuk audio visual.
Nah karena ada memori, maka munculah Imajinasi. Imajinasi yang tak diiringi dengan pemahaman yang baik tentang dampak dari perbuatan yang ia lakukan inilah yang membuat seseorang mengaktualisasikan imajinasinya secara tak terkendali. Begitu mungkin analisis sederhanya.
Pertanyaan selanjutnya, dari mana mereka mendapatkan cerita, gambar dan atau audio visual tentang adegan porno itu?
Saya curiga, lewat smart phone dan teknologi internet! Samartphone yang berkoalisi dengan teknologi internet ini yang menjadi saluran jahaman yang mengantarkan memori pemancing imajinasi pemicu terbakarnya syahwat liar itu!
Lewat smartphone dan internet, aneka keingintahuan manusia bisa didapatkan dengan mudah. Mereka yang memendam asap nafsu yang kecil bisa berkobar menjadi api. Mereka yang awalnya hanya berani berkhayal kecil-kecilan akan semakin berkobar untuk menghayal yang lebh berani, setelah melihat aneka adegan pornografi yang muncul lewat smartphone atau komputer yang terkoneski dengan jaringan internet.
Jika analisis ini benar, maka mari kita kendalikan keluarga kita mulai sekarang! Lho, kok hanya keluarga saja? Iyaaa, karena hanya itu saja yang bisa kita kendalikan. Kalau mau kendalikan negara, prosesnya panjang. Bisa kehabisan nafas kita.
Caranya, mungkin dengan menarik smartphone dari tangan anak-anak kita lalu menggantinya dengan handphone ‘jaman gek marek’, jaman dahulu kala. Atau memberikan smartphone tapi tanpa fasilitas kuota internet. Atau menjadikan akses internet dalam bentuk PC sebagai fasilitas keluarga yang transparan, yang tak bisa diakses dikamar secara sembunyi-sembunyi, serta dengan monitor yang menghadap ke semua orang.
Saya akan melakukan hal tersebut kepada anak-anak saya. Biarlah dikatakan jadul, gaptek asal anak-anak saya tak dijadikan korban atas keganasan orang-orang psikopat yang ingin menulari imajinasi liarnya untuk merusak mental dan perilaku anak-anak saya.
Biarlah dikatakan gaptek asal ia tak menjadi manusia yang bakal merusak orang lain karena pengaruh buruk dari benda itu.
Biarlah, biarlah jadul asal selamat!