Saat ini, dunia internet, dunia media sosial tidak sekedar candu. Platform terbesar yakni facebook sudah merasuki kehidupan nyata kita. Dunia internet pun telah menjadi sarana berbagai hal. Soal seks, penipuan, bahkan syiar agama, serta macam tabiat negatif maupun positif ada di sana.
Dimanapun teradiasi (gelombang) internet, disana penghuninya hampir punya akun facebook. Tidak hanya tokoh politik bahkan bang becak, mbok jamu sepanjang punya ponsel (hp) sudah bisa ngintip dan ber-cas cis cus. Data teranyar, di Indonesia ponsel adalah perangkat mayoritas pengguna facebook (28 juta orang setiap hari).
Facebookers Indonesia
Data pengguna yang dirilis pada tanggal 20 September 2013 oleh Webershandwick, di Indonesia terdapat sekitar 65 juta pengguna Facebook aktif, 33 juta pengguna aktif per harinya, 55 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile dalam pengaksesannya per bulan dan sekitar 28 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile per harinya.
Oleh SocialBakers, pengguna facebook di Indonesia didominasi oleh mereka-mereka yang berumur antara 18-24 tahun di posisi pertama dan 25-34 tahun di urutan kedua. Sedangkan dari jenis kelaminnya, pengguna facebook di Indonesia didominasi oleh pria dengan persentase sebesar 59 persen, sisanya adalah wanita.
Facebook sendiri saat ini memiliki 1,15 miliar pengguna di seluruh dunia. Pengguna aktif harian facebook secara global per Juni 2013 lalu mencapai 699 juta orang. Lima negara dengan pengguna terbanyak berasal dari Amerika Serikat, Brasil, India, Indonesia, dan Meksiko.
Soal Politik Pemilu 2014
Penggunaan socmed secara tepat untuk pemberdayaan orang (people) adalah bersifat viral (menyebar tak terkendali).
Viral movement adalah sesuatu yang akan menjadi trend baru pergerakan, dan pula sudah mencobanya untuk terus mengaplikasikan hal ini perlahan sejak tahun 2008. Melakukan pendidikan politik dan partisipasi publik dalam politik pra dan pasca pemilu via blog, friendster, tagged, fb, dll.
Bagaimana Obama menjadi US-1, bagaimana Khadafi tersungkur, Mubarok terguling, dst adalah diawali dengan viral movement. Gerakan ini nyata.
Di Indonesia, facebook, twitter, dll baru sebatas tempat mengeluh dan menghujat semata, belum kuat persepsi pergerakannya. Pernah momentum perlawanan akan “Kriminalisasi Bibit-Chandra” serta dilambungkan oleh media mainstream, sehingga mencapai sejutaan facebooker. Demikian di tahun lalu (pilkada DKI) Jokowi-Ahok (by fb, tw, youtube, gamol, dsb) ikut melambung.
Intinya, media mainstream harus turut serta mengkatalisasikan setiap gerakan online.
ORDE 2014 by Viral
Dengan jumlah pengguna yang sudah signifikan. Para onliners sudah bisa aplikasikan pergantian rezim menuju Indonesia Baru; Indonesia yang dicita-citakan, Indonesia sesungguhnya atau sebutan sesuka lainnya.
Rezim itu terdiri atas trias politika, tidak bisa sepihak, harus ketiganya berubah. Malaikat pun yang menjadi Presiden apabila Parlemen dikuasai mayoritas setan, pasti kewalahan. Selanjutnya Presiden bersama Parlemen yang baik akan menentukan dan mengangkat Pejabat Yudikatif yang baik pula.
Kekuasaan yang memperbaiki keadaan negara, kondisi rakyat, usir/berantas penjajah (koruptor) untuk memulihkan Indonesia menjadi penting di 2014. Orde Pemulihan ini dibentuk oleh rakyat pemilih di Pileg (9 April 2014) dan Pilpres (9 Juli 2014) secara bersama-sama.
Viral movement disini bagaimana menyadarkan pemilih tentang harapan pemulihan itu masih ada. Mujizat itu datang dari diri para pemilih. Karena Tuhan sudah wakilkan suaranya di-TPS kepada para pemilih (vox populi-dei).
Presiden Plus Menjadi Solusi Bangsa
Saat ini sudah jelas, bila Megawati berkenan sebagai penyambung lidah rakyat, maka “siapapun capresnya jokowi presidennya” (hasil setiap survey).
Siapapun Presiden dan Wakil Presiden yang dikehendaki rakyat harus dipartnerkan dengan parlemen yang dikehendaki pula. Fenomena jokowi atau jokowi model harus diterapkan di Pileg 9 April 2014. Mari kita tentukan dan saring, 6.600-an caleg parpol menjadi 1.500-an caleg rakyat.
Listing nama mereka dan suguhkan kepada pemilih. Siapapun 560 yang terpilih adalah mayoritas berasal dari caleg rakyat. Atau angka moderatnya, senayan berisi 70% caleg rakyat dan 30% caleg (patron-oligarki-dinasti) parpol. Siapakah caleg rakyat? mari kita testimonikan.
Group Facebook 77 Akun Dapil
Seluruh dapil DPR Pusat berjumlah 77 berbasis kewilayahan (distrik). Pemilu 2014 mensyaratkan 3,5 PT mutlak. Artinya parpol yang tak mampu minimal meraih suara nasional 3,9 juta pemilih atau 3,5% PT, otomatis non sit alias tak berkursi di Senayan-Jakarta.
Tips, memilih Caleg DPR Pusat adalah kenali parpolnya (itu yang pertama) baru kemudian tentukan calegnya. Ini mutlak, agar suara tidak terbuang percuma. ‘Caleg Tidak Potensial’ jangan dipilih, artinya sosok maupun potensi caleg bagus namun parpolnya berpotensi gagal 3,5% PT. Apa boleh buat.
Asli di Kopi Paste secara bulat dan penuh keyakinan dari website yang bersumber di sini
0 Comment to "Pengaruh Facebook dalam Kancah Politik dan Demokrasi di Indonesia"
Posting Komentar